Sabtu, 09 Agustus 2025

Cara Atur Uang agar Nggak Bertengkar

Di sebuah ruang tamu yang sunyi, hanya terdengar suara kipas angin dan notifikasi dari ponsel. Sepasang suami-istri duduk berhadapan. Di atas meja, ada secarik kertas, daftar belanja bulan ini. Di ujung daftar, tertulis angka yang lebih panjang dari riwayat chat grup keluarga, Rp 5.750.000.

“Ini belanja atau daftar kebutuhan negara?” celetuk sang suami, mencoba bercanda.
Sang istri melirik, “Kalau mau protes, coba masak sendiri.”

Adegan ini bukan fiksi. Menurut Survei Katadata Insight Center 2024, keuangan adalah pemicu pertengkaran nomor dua di rumah tangga, setelah masalah siapa yang salah naruh remote TV.

Lantas, bagaimana cara atur uang agar rumah tangga tetap harmonis dan dompet tidak jadi korban? 

1. Pisahkan Pos, Jangan Pisahkan Perasaan

Banyak rumah tangga runtuh bukan karena cinta yang pudar, tapi karena uang belanja bercampur dengan dana liburan. Akibatnya, saat mau pergi ke pantai, malah hanya mampu beli kelapa di warung dekat rumah. Solusinya, pisahkan pos keuangan sejak gajian mendarat. Buat tiga kantong utama, kebutuhan bulanan (makan, listrik, air, internet), tabungan/investasi, dan hiburan. Kalau mau lebih rapi, bisa tambahkan satu rekening khusus dana darurat. Dengan begitu, setiap rupiah punya “rumahnya” sendiri. Ingat, pemisahan ini bukan berarti tidak percaya pada pasangan. Justru ini bentuk kerja sama agar uang tidak keluar tanpa arah. Ibaratnya, rekening itu seperti rak bumbu dapur, kalau garam dan gula tercampur, bisa bikin masakan (dan suasana rumah) jadi kacau.


2. Budgeting: Excel adalah Sahabat, Bukan Kutukan

Banyak pasangan menganggap membuat anggaran itu ribet dan membosankan, padahal justru di situlah letak kekuatan finansial. Anggap saja seperti GPS, tanpa peta, Anda bisa nyasar dan bensin habis sebelum sampai tujuan. Gunakan Excel atau aplikasi keuangan, fitur-fiturnya kini sudah ramah pengguna. Cukup catat pemasukan, pengeluaran tetap, pengeluaran variabel, dan sisanya untuk tabungan. Saat mengisi, jangan tegang, bisa sambil putar musik atau ngopi. Jika benar-benar alergi spreadsheet, mulai dengan cara sederhana, tulis di buku atau papan tulis kecil di rumah. Kuncinya bukan seberapa canggih alatnya, tapi konsistensi dalam mencatat. Seperti kata pepatah, “Yang tak dicatat, akan dilupakan.” Dan kalau sudah lupa, siap-siap saja pasangan Anda mengeluarkan jurus tanya-tanya yang lebih tajam dari auditor BPK.


3. Transparansi Seperti CCTV

Uang yang “menghilang” tanpa jejak adalah bahan bakar utama pertengkaran rumah tangga. Bukan karena jumlahnya, tapi karena rasa penasaran dan curiga yang muncul. Oleh karena itu, terapkan prinsip transparansi keuangan layaknya CCTV di minimarket, semua terekam, tidak ada yang luput. Setiap akhir minggu, duduklah bersama untuk melihat catatan keuangan. Diskusikan pengeluaran yang terasa “aneh” atau tidak perlu. Gunakan bahasa yang santai, jangan seperti sidang kasus korupsi, agar pasangan tidak merasa diinterogasi. Buatlah kebiasaan ini seperti menonton serial favorit, dilakukan rutin, penuh antisipasi, dan tanpa skip episode. Dengan transparansi, pasangan akan merasa aman, dihargai, dan percaya bahwa tidak ada “rekening rahasia” yang menunggu meledak seperti bom waktu di akhir bulan.


4. Dana Darurat = Penyelamat Drama

Hidup selalu punya cara memberi kejutan, dan biasanya kejutan itu mahal. Kulkas rusak, AC bocor, atau motor mogok, semuanya bisa membuat mood pasangan jatuh ke level -273°C. Di sinilah dana darurat berperan. Sisihkan minimal 10% dari pendapatan bulanan hingga terkumpul 3–6 kali pengeluaran rutin keluarga. Simpan di rekening terpisah yang tidak terhubung dengan kartu ATM, supaya tidak tergoda menggunakannya untuk hal-hal “penting” seperti diskon sepatu. Dana ini seperti payung di musim kemarau, mungkin jarang dipakai, tapi saat hujan datang, Anda akan bersyukur telah menyiapkannya. Ingat, dana darurat bukan hanya soal uang, tapi soal menjaga hubungan tetap harmonis ketika masalah tak terduga datang mengetuk pintu. Tanpanya, masalah teknis bisa berubah jadi drama emosional dengan ending yang melelahkan.


5. Komunikasi: Rapat Anggaran ala Warteg

Sehebat apapun strategi keuangan, tanpa komunikasi, hasilnya bisa berantakan. Luangkan waktu sebulan sekali untuk mengadakan “rapat anggaran” dengan suasana santai, misalnya sambil makan di warteg favorit. Bahas pengeluaran bulan lalu, rencana belanja bulan ini, dan target keuangan jangka panjang. Saat rapat, penting untuk mendengar dan berbicara dengan porsi seimbang, jangan sampai yang satu jadi “bos” dan yang lain hanya mencatat. Humor ringan boleh diselipkan, supaya diskusi tetap hangat. Kalau ada selisih pandangan, anggap itu seperti beda selera lauk di warteg, wajar, asal ujungnya tetap makan bersama. Komunikasi yang sehat membuat pasangan merasa menjadi tim yang solid, bukan dua pihak yang sedang berkompetisi rebutan kursi bendahara keluarga.


Mengatur uang dalam rumah tangga itu seperti masak sayur asem, semua bahan harus pas ukurannya, diaduk dengan sabar, dan jangan terlalu panas. Dengan pembagian pos yang jelas, transparansi, dan komunikasi, Anda bisa mencegah dompet bocor dan hati panas.


#EdukasiFinansial #KeuanganKeluarga #AturUangBijak #FinansialSehat #RumahTanggaHarmonis #AntiBertengkar #BudgetingSmart #TipsKeuangan #EkonomiRumahTangga #DompetBahagia


Tidak ada komentar:

Posting Komentar